Minggu, 14 November 2010

Mutiara Kata Hikmah


Hari ini sebelum kita mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Fikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berkata-kata sama sekali.

Sebelum kita mengeluh tentang rasa dari makanan,
Fikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa,
Fikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

Sebelum kita mengeluh bahwa kita buruk,
Fikirkan tentang seseorang yang berada pada keadaan yang terburuk di dalam hidupnya.

Sebelum mengeluh tentang suami atau isteri anda,
Fikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

Hari ini sebelum kita mengeluh tentang hidup,
Fikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

Sebelum kita mengeluh tentang anak-anak kita,
Fikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

Sebelum kita mengeluh tentang rumah yang kotor kerana pembantu tidak mengerjakan tugasnya,
Fikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

Dan di saat kita letih dan mengeluh tentang pekerjaan,
Fikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kita.

Sebelum kita menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

Dan ketika kita sedang bersedih dan hidup dalam kesusahan,
Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahawa kita masih hidup !

Sumber :http://mutiarakatahikmah.blogspot.com/

Senin, 08 November 2010

Pengorbanan Seorang Ayah (Sebuah Renungan)



Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, Tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya
Yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok, Disertai suara batuk-batuknya.
Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya
"Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian membongkok ?"Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda.
Si ayah menjawab : "Sebab aku lelaki."
Anak perempuan itu berkata sendirian : "Aku tidak mengerti".
Dengan kerut-kening kerana jawapan ayahnya membuatnya termenung rasa kebingungan.
Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu,
terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan
"Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki."
Demikian bisik Si ayah, yang membuat anaknya itu bertambah kebingungan.
Kerana perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya.
"Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian membongkok? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada
keluhan dan rasa sakit?"
Ibunya menjawab:
"Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggungjawab terhadap
keluarga itu memang akan demikian."
Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itupun kemudian membesar dan menjadi dewasa, tetapi dia tetap juga masih tercari-cari jawapan, mengapa wajah
ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi membongkok?
Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimah sebagai
jawapan rasa kebingungannya selama ini.
"Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia sentiasa akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindung."
"Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat
pula untuk melindungi seluruh keluarganya."
"Ku berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya".
"Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat
panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan dan kesejukan kerana tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-perihnya."
"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan
kerapkali menyerangnya".
"Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun
juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya.Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat di mana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknyaagar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."
"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan oleh anak-
anaknya."
"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyedarkan, bahawa isteri yang baik adalah isteri yang setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka mahupun duka,walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan
menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi."
"Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan
menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan badannya yang terbongkok agar dapat membuktikan, bahawa sebagai lelaki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha
mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya."
"Ku berikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga (seri/penyokong), agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki, walaupun
sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."
Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah."

p/s: Oleh itu jika ayah kita masih hidup jangan sia-siakan kesempatan untuk membuat hatinya gembira. Bila ayah kita telah tiada, jangan putuskan tali
silaturahim yang telah dirintisnya dan doakanlah agar Allah selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya. Amin
_________________
aku dambakan..dambakan cinta
cinta sejati yang kekal selamanya
biarpun pahit pejalanan meraihnya
demi redha-mu kuharungi jua...

kini terungkai sudah
kisah hidup kita
berbekal taat dan sabar
pastikan berjaya...

Sumber :http://devotees.forumwise.com/devotees-thread1824.html

Tips Untuk Mengatasi Kesedihan


Kesedihan adalah perasaan jiwa yang bersifat naluriah, berupa kecil hati dan hilangnya rasa senang dan gembira pada seseorang. Perasaan ini dialami setiap orang dari waktu ke waktu, tergantung sikap mental yang ada pada dirinya dan kesulitan hidup yang dialaminya. Oleh karena itu, perasaan ini pada umumnya tidak selamanya menghinggapi manusia. perasaan ini dapat hilang dengan sendirinya atau manusia itu sendiri sanggup melawannya dengan cara yang tepat. Berikut adalah tips-tips untuk mengatasi kesedihan:

1. Mengingat bahwa hidup ini diciptakan dengan tabiat duka dan nestapa
Duka dan nestapa memang sudah menjadi tabiat dan kelaziman hidup didunia, siapa pun tidak dapat mengelak dari kenyataan ini. Allah berfirman:


"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (Al-Balad:4)
Berdasarkan ayat ini, manusia hidup dalam keadaan selalu mengalami susah payah sesuai takdir yang ditentukan untuknya sampai dia menghadap Rabb-nya. Oleh karena itu manusia harus memperteguh dirinya dalam menghadapi semuanya ini.

2. Mengingat bahwa semua manusia mengalami kesedihan Ya, hendaklah kita semua mengingatkan diri kita masing-masing bahwa seluruh Bani Adam yang ada di muka bumi, meskipun berbeda-beda tempat dan derajatnya masing-masing, semuanya ditimpa kesedihan dan hal-hal yang tidak diinginkan, sama seperti halnya yang dialami orang lain. Oleh karena itu, hendaklah orang yang sedang bersedih hati menghibur dirinya bahwa tidak hanya dia sendiri yang sedang ditimpa kesedihan. Seorang ulama salaf berkata,"Di antara hal-hal yang paling efektif bagi orang yang terkena musibah adalah hendaklah dia memadamkan api musibahnya dengan embun keteladanan yang dicontohkan oleh orang lain yang juga terkena musibah. Selain itu, hendaklah dia menyadari bahwa di setiap desa, kota, di setiap rumah, bahkan di mana saja selalu ada orang yang terkena musibah."

3. Mengingat bahwa Musibah adalah takdir
Maksudnya, hiburlah diri anda bahwa segala sesuatu yang menimpa adalah bagian dari ketetapan dan takdir Allah Ta'ala, yang sedikit pun tidak bisa di tolak karena telah menjadi ketetapan baginya sebelum dia lahir ke dunia. Sesungguhnya musibah-musibah yang menimpa manusia semuanya telah tercatat dalam lauh Mahfuzh. Allah berfirman:



"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Al-Hadid:22)

Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah mencatat takdir-takdir para makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi." (Muslim no. 2653)

4. Mengingat bahwa Sabar itu ada pahalanya
Maksudnya, hendaklah orang mukmin menyadari bahwa apabila dia bersabar dan menerima dengan ikhlas ketika ditimpa musibah dan kesedhan, maka dia mendapat pahala. Rasulullah bersabda:
"Tidaklah orang mukmin ditimpa suatu keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, gangguan, dan kesusahan, sampai duri yang menusuknya sekalipun, kecuali Allah menghapus dengan nya kesalahan-kesalahannya." (Bukhari dan Muslim)

5. Yakin bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hambanya
Maksudnya Allah takkan menakdirkan sesuatu, melainkan ada hikmah yang dikehendaki-Nya. Hal ini dikarenakan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla tidak mungkin melakukan kesia-siaan. Jadi tidak ada ketentuan Allah tanpa suatu hikmah yang dikehendaki-Nya. Selain itu, Allah juga lebih mengasihi hamba-hamba-Nya daripada mereka terhadap diri mereka sendiri. Allah berfirman:



"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah:216)

Ibnul Qayyim berkata, "Adalah termasuk rahmat dari yang maha Pengasih diantara semua pengasih, bahwa Dia menguji seseorang dengan berbagai macam cobaan. Karena, Allah Ta'ala lebih mengetahui kemaslahatan bagi orang tersebut. Jadi, cobaan dan ujian yang Dia berikan kepadanya dan dicegahnya orang tersebut dari berbagai keinginan dan syahwat-syahwatnya adalah termasuk rahmat Allah terhadap dirinya. Akan tetapi, karena terlalu bodoh dan zhalimnya, orang tersebut kemudian menuduh Tuannya macam-macam karena cobaan tersebut dan tidak mengetahui bahwa Allah justru berbuat baik kepadanya dengan cobaan dan ujian yang Dia berikan itu."

6. Membentengi diri dengan kesabaran
Allah berfirman:



"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Baqarah 155-157)

Yakni menahan diri jangan sampai berkeluh kesah dan bersungut-sungut, tetapi ridha menerima qadha Allah dan mengharapkan pahala-Nya. Inilah kewajiban seorang muslim ketika menghadapi musibah-musibah dan kesedihan-kesedihan yang menimpa dirinya. selain itu, hanya dengan cara inilah orang yang sedang mengalami bencana menunjukkan kehambaannya kepada Allah. Ibnul Qayyim berkata,"Sabar itu wajib menurut ijma seluruh umat. Ia merupakan setengan dari iman. Jadi iman itu satu. Setengahnya adalah sabar dan setengah lainnya dalah syukur." Sabar dapat terlaksana dengan tiga hal:
1. Menahan diri dari berkeluh kesah dan bersungut-sungut.
2. menahan lidah dari mengadu kepada sesama makhluk
3. Menahan anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kesabaran.

7. Melihat keadaan orang yang mengalami Musibah lebih dahsyat
Betapa pun dahsyatnya musibah yang menimpa seseorang, tetapi dia -andaikan mencari- akan menemui orang yang mengalami musibah lebih dahsyat lagi. Oleh karena itu Allah berfirman:

"Lihatah kepada orang yang lebih rendah darimu, dan jangan melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. itu lebih patut (kamu lakukan), supaya kamu tidak memandang remeh nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu." (Muslim No. 2963)

8. Memohon kepada Allah agar menyingkirkan bencana yang menimpa
Selain dari usaha-usaha tersebut, kita juga memohon kepada-Nya agar memberi akhir yang baik dari bencana itu. Dalam hal ini, orang mukmin hendaklah mengucapkan seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi Ya'kub:



"Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku,"(Yusuf:86)



Manusia hendaknya mengadukan keperluannya dan kesusahannya kepada Allah semata. Dalam As-Sunnah banyak kita temui doa-doa yang khusus mengenai kesusahan, kecemasan, dan kesedihan seperti:


a. Doa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah sewaktu mengalami kesusahan, beliau mengucapkan:



"Tiada Tuhan sekain Allah yang Maha Agung lagu Maha penyantun. Tiada Tuhan selain Allah, Pemilik Arsy yang agung. Tiada Tuhan Selain Allah, pemelihara langit dan bumi dan pemilik Arsy yang mulia." (Bukhari No. 6345)

b. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud Rasulullah bersabda."Tidak seorang pun yang mengalami kecemasan maupun kesedihan, lalu mengucapkan:




Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu yang lelaki, dan anak hamba-Mu yang perempuan. Ubun-ubunku ada di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku padaku, keputusan-Mu adil padaku. Aku memohon kepada-Mu dengan menyebut segenap nama yang Engkau miliki, yang dengan itu Engkau namai Diri-Mu, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada seseorang dari Makhluk-Mu, atau engkau simpan sendiri dalam ilmu gaib yang ada di sisi-Mu, jadikanlah Al-Quran penyegar hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihanku, dan pelenyap kecemasanku," kecuali Allah akan menghilangkan kecemasan dan kesedihannya dan akan menggantinya dengan suatu jalan keluar." Menurut suatu riwayat "menggantinya dengan suatu kegembiraan." Seorang perawi berkata,"Maka seseorang bertanya,"Ya Rasulullah, tidakkah kami mempelajari doa ini? Rasul menjawab Tentu, siapa pun yang mendengarnya patut mempelajarinya." (Ahmad)

c. Doa yang diriwayatkan oleh Anas dia berkata,"Dulu aku menjadi pelayan Rasulullah. Oleh karena itu aku sering mendengar beliau mengucapkan:


"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari cemas dan sedih, lemah dan malas, kikir dan sikap pengecut, lilitan hutang dan dikalahkan orang lain." (Bukhari No. 9328)

9. Yakin bahwa musibah hanyalah sementara
Karena janji Allah itu benar. Allah berfirman:



"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya kesulitan itu ada kemudahan." (Al-Insyirah 5-6)

Menurut Hasan Al-Bashri, bahwa dulu orang-orang menyatakan,"Satu kesulitan takkan mengalahkan dua kemudahan." Maksudnya adalah Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat Alam Nasyroh hanyalah satu. Al ‘usr dalam ayat pertama sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam ayat berikutnya karena keduanya menggunakan isim ma’rifah (seperti kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika isim ma’rifah diulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama, terserah apakah isim ma’rifah tersebut menggunakan alif lam jinsi ataukah alif lam ‘ahdiyah.” Intinya, al ‘usr (kesulitan) pada ayat pertama sama dengan al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua. Sedangkan kata “yusro (kemudahan)” dalam surat Alam Nasyroh itu ada dua. Yusro (kemudahan) pertama berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua karena keduanya menggunakan isim nakiroh (seperti kata yang tidak diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara umum, jika isim nakiroh itu diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang pertama.” Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena berulang. Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan.

10. Bersegera shalat begitu ditimpa musibah
Allah berfirman:



"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah:153)

Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu katsir berkata, "Adapun alasan Allah Ta'ala menyebutkan shalat tidak lain karena shalat memberi dukungan terbesar dalam meneguhkan hati ketika menghadapi urusan." Hal ini dikarenakan dalam shalat orang tersebut akan merasakan kenyamanan dan ketentraman. yakni, hatinya akan dipenuhi keridhaan, urat sarafnya akan tenang sehingga dia merasa mesra berhubungan dengan Tuhannya 'Azza wa Jalla, yaitu dia bisa bermunajat kepada-Nya dan menyatakan kebangkrutannya dan kelemahannya untuk melawan apa yang sedang menimpa dirinya. Oleh karena itu, dia pun memohon kepada Tuhannya Yang Maha Kuasa untuk mengubah segala keadaan, agar Dia berkenan menghilangkan segala kesusahannya, menyingkirkan segala kecemasannya, dan membuang segala kesedihannya, serta memberi kesudahan yang baik. Diriwayatkan dari hudzaifah Apabila Nabi Shallahu 'Alaihi Wa sallam ditimpa sesuatu yang menyusahkan, beliau shalat (Abu Daud No. 4703)

11. Mengingat akan hakikat dunia
Karena Allah taala yang menciptakan dunia ini telah menciptakan dengan tegas dan jelas kepada kita apa sebenarnya dunia ini, baik dengan nash maupun dengan berbagai perumpamaan. Oleh karenanya, Allah ta'ala juga memperingatkan hamba-hamba-Nya agar jangan sampai terpedaya dengannya, sebagaimana Dia firmankan:



"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (Faathir:5)

Dunia adalah negeri segala macam musibah, kekeruhan, kesusahan, dan ancaman yang berupa berbagai bahaya dan penyakit. Orang-orang yang kelaparan di dunia tiada terhitung. Oleh karena itu, orang yang bahagia ialah orang yang mengambil dari dunia sekadar bekal perjalanannya saja menuju akhirat tanpa terperdaya dengannya.

12. Mengingat kematian
Diantara hal yang dapat membantu ketangguhan kita menanggung kesedihan setelah benar-benar terjadi ialah mengingat kematian dan bahwa kita akan segera pindah ke akhirat. Rasulullah bersabda:

"Perbanyaklah kamu mengingat pemutus segala kelezatan. karena, tidak seorang pun yang mengingatnya ketika dalam keadaan sempit, kecuali dia rasakan betapa lapangnya kesempitanitu. Dan tiadalah dia mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, kecuali dia rasakan betapa sempitnya kelapangan itu." (Tirmidzi No. 2308)

Syaikh Abdullah Al-Ju'aisin berkata,"Maksudnya apabila seseorang ingat akan mati ketika mengalami kesempitan, berupa sakit atau lainnya, maka kesempitan itu akan dia rasakan ringan, bahkan dia akan merasa lapang karena dia mengeathui itu akan cepat berlalu dari dirinya, dan bahwa dia akan mendapat pahala dan upah sepenuhnya karenanya. Apabila dia mengingat akan kematian ketika dalam keadaan lapang, maka kelapangan tersebut dia rasakan sempit, karena dia mengetahui akan beralih darinya dan bahwa kelapangan itu akan segera hilang. Perasaan ini lebih baik baginya daripada dia tenggelam dalam kelezatan dan melupakan mati dan hal-hal yang terjadi sesudahnya."

13. Mengingat bahwa tidak ada gunanya bersedih hati
Maksudnya, ingat bahwasanya tidak ada gunanya berkeluh kesah dan menyesali musibah yang telah terjadi dan bahwa hal tersebut justru akan menambah penderitaan dan sakit hati. hal ini dikarenakan takdir Allah pasti berlaku tanpa diragukan. Ali bin Abu Thalib berkata, "Sesungguhnya jika kamu bersabar, maka takdir apa pun yang berlaku pada dirimu, kamu akan mendapat pahala. Sebaliknya, jika kamu berkeluh kesah, maka takdir akan tetap berlaku pada dirimu, sedangkan kamu berdosa."

14. Berupaya menyingkirkan kegundahan hati dengan berbagai cara
Dalam melakukan upaya ini, ada sebagian orang yang merasakan bahwa dengan menangis dia dapat menyingkirkan kesedihannya. Ada yang dengan bersyair, yakni dengan mengungkapkan kesedihan-kesedihannya dan apa-apa yang dia rasakan lewat bait-bait syair. Ada lagi yang mengungkapkan kesedihan-kesedihannya kepada temannya yang terdekat, yakni dia sampaikan kepadanya apa yang ada dalam hatinya dan apa yang sedang dialaminya. Walhasil, setiap orang mengetahui caranya sendiri untuk menghilangkan dan memusnahkan kesedihan selama masih dalam batas-batas syariat. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah ketika anak beliau yang bernama Ibrahim meninggal dunia:

"Sesungguhnya mata mengalirkan air mata, hati sedih, tapi kita tidak katakan selain yang diridhai Tuhan kita. Dan sesungguhnya kami, hai Ibrahim, benar-benar sedih atas kepergianmu." (Muslim No. 2315)

15. Bepergian dan Berlibur
Bepergian dan berlibur adalah termasuk cara yang efektif untuk menghilangkan kesedihan dari orang yang terkana musibah, khususnya apabila kesedihan tersebut berlangsung lama. Karena dengan berganti tempat dan suasana, yakni berpindah dari tempat terjadinya kesedihan, maka hati akan tenang dan orang yang bersangkutan akan terhibur dan melupakan kejadian yang lalu. Dalam hal ini barangkali yang bisa dijadikan dalil adalah perintah Nabi untuk mengubah posisinya ketika marah:

"Apabila seorang dari kamu sekalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah dia duduk. Jika marahnya telah hilang, (maka sudahlah). kalau tidak, maka hendaklah dia berbaring miring." (Abu Daud No. 4782)

16. Di beri makanan tertentu
Ini dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Aisyah bahwasanya apabila ada salah seorang keluarganya meninggal dunia, maka para wanita berkumpul, kemudian mereka membubarkan diri selain keluarga dan teman dekatnya. Aisyah kemudian menyuruh diambilkan seperiuk talbinah, lalu dimasak. Sesudah itu, dibuatlah bubur roti, lalu talbinah itu dituangkan kepadanya. Kemudian, dia berkata,"Makanlah ini. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

"Talbinah itu menyamankan hati orang yang sedang sakit dan menghilangkan sebagian kesedihannya." (Bukhari No. 5101)

Adapun talbinah atau talbin adalah larutan encer dari teoung dan dedak, terkadang ditaburi madu. Disebut talbinah karena menyerupai laban (susu) karena warnanya putih dan encer.

17. Membaca atau mendengarkan kisah
Yakni membaca atau mendengarkan kisah tentang orang-orang yang terkena musibah sampai mengalami kesedihan dan penderitaan hebat. Namun tak lama kemudian kesedihannya hilang bahkan dari balik musibah tersebut muncullah banyak kebaikan. Oleh karena itu, Maha benarlah Allah yang Maha Agung dalam firmannya:



"Barangkali kamu tidak meyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (An-Nisa : 19)


Referensi:
Buku Obat penawar hati yang sedih (Dilengkapi Dengan Kisah-Kisah Nyata Pelipur Lara) karya Sulaiman bin Muhammad bin Abdullah Al-Utsaim
http://majalah.pengusahamuslim.com/

Di Copy Dari :
http://www.catatanlepas.com/lain-lain/39-aneka-tips-dan-keutamaan/163-tips-untuk-mengatasi-kesedihan.html

Senin, 01 November 2010

Sikap Memaafkan dan



Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)


Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.


Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang
Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

By Harun Yahya
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/094.htm