Jumat, 31 Desember 2010

Abunawas Sang Penggelitik Hati

Abunawas Sang Penggelitik Hati (1)
July 11, 2010 by Rony Lesmana

1. Pesan Bagi Para Hakim

Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namun juga dianggap ulama

besar ini— sufi, tokoh super lucu yang tiada bandingnya ini aslinya orang Persia

yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di

Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar

bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir.

Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran

orang Arab”, la juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. la sempat

pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya

menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.

Mari kita mulai kisah penggeli hati ini. Bapaknya Abu Nawas adalah Penghulu

Kerajaan Baghdad bernama Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang

sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur

jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan

Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara

memandikan jenazah hingga mengkafani, menyalati dan mendo’akannya, maka

Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu

menggantikan kedudukan bapaknya.

Namun… demi mendengar rencana sang Sultan.

Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak berubah menjadi

gila.

Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong

batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari batang

pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya.

Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.
Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup

banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia

mengajak anak-anak bermain rebana dan bersuka cita.

Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu, mereka

menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh

bapaknya.

Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang

menemui Abu Nawas.

“Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana.” kata wazir

utusan Sultan.

“Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya.”jawab Abu

Nawas dengan entengnya seperti tanpa beban.

“Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu.”

“Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan

di sungai supaya bersih dan segar.” kata Abu Nawas sambil menyodorkan

sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.

Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.

“Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?” kata wazir

“Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau.” kata Abu

Nawas.

“Apa maksudnya Abu Nawas?” tanya wazir dengan rasa penasaran.

“Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu.” sergah Abu Nawas

sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.

Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan

keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.

Dengan geram Sultan berkata,”Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu

Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia

kemari dengan suka rela ataupun terpaksa.”

Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu

Nawas di hadirkan di hadapan raja.

Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya

ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.

“Abu Nawas bersikaplah sopan!” tegur Baginda.

“Ya Baginda, tahukah Anda….?”

“Apa Abu Nawas…?”

“Baginda… terasi itu asalnya dari udang !”

“Kurang ajar kau menghinaku Nawas !”

“Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?”

Baginda merasa dilecehkan, ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada

para pengawalnya. “Hajar dia ! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali”

Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu akhirnya lemas tak berdaya dipukuli

tentara yang bertubuh kekar.

Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika sampai di pintu gerbang

kota, ia dicegat oleh penjaga.

“Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk ke kota ini kita telah

mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi

hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian,

aku satu bagian. Nah, sekarang mana bagianku itu?”

“Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah

Baginda yang diberikan kepada tadi?”

“lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?”

“Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!”

“Wan ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan

sudah sering menerima hadiah dari Baginda.”

Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar

lalu orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu

menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila.

Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu

saja, ia terus melangkah pulang ke rumahnya.

Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan

Harun Al Rasyid.

“Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba datang kemari

mengadukan Abu Nawas yang teiah memukul hamba sebanyak dua puluh lima

kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda.”

Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah

Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya.”Hai Abu Nawas! Benarkah kau

telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali

pukulan?”

Berkata Abu Nawas,”Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah

sepatutnya dia menerima pukulan itu.”

“Apa maksudmu? Coba kau jelaskan sebab musababnya kau memukuli orang

itu?” tanya Baginda.

“Tuanku,”kata Abu Nawas.”Hamba dan penunggu pintu gerbang ini telah

mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberi hadiah oleh Baginda maka

hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu bagian untuknya satu bagian untuk saya.

Nah pagi tadi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan, maka saya

berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya.”

“Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau telah mengadakan perjanjian

seperti itu dengan Abu Nawas?” tanya Baginda.

“Benar Tuanku,”jawab penunggu pintu gerbang.

“Tapi hamba tiada mengira jika Baginda memberikan hadiah pukulan.”

“Hahahahaha IDasar tukang peras, sekarang kena batunya kau!”sahut

Baginda.”Abu Nawas tiada bersalah, bahkan sekarang aku tahu bahwa penjaga

pintu gerbang kota Baghdad adalah orang yang suka narget, suka memeras

orang! Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh aku akan

memecat dan menghukum kamu!”

“Ampun Tuanku,”sahut penjaga pintu gerbang dengan gemetar.

Abu Nawas berkata,”Tuanku, hamba sudah lelah, sudah mau istirahat, tiba-tiba

diwajibkan hadir di tempat ini, padahal hamba tiada bersalah. Hamba mohon

ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan

Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba.”

Sejenak Baginda melengak, terkejut atas protes Abu Nawas, namun tiba-tiba ia

tertawa terbahak-bahak, “Hahahaha…jangan kuatir Abu Nawas.”

Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan memberikan sekantong

uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira.

Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan

semakin nyentrik seperti orang gila sungguhan.

Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan rapat dengan para

menterinya.

“Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai

kadi?”

Wazir atau perdana meneteri berkata,”Melihat keadaan Abu Nawas yang

semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja

menjadi kadi.”

Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama.

“Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu dia tak layak menjadi kadi.”

“Baiklah, kita tunggu dulu sampai dua puluh satu hari, karena bapaknya baru

saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain

saja.”

Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dianggap gila, maka Sultan Harun Al

Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad.

Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorang bernama Polan yang sejak

lama berambisi menjadi Kadi, la mempengaruhi orang-orang di sekitar Baginda

untuk menyetujui jika ia diangkat menjadi Kadi, maka tatkala ia mengajukan

dirinya menjadi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda

menyetujuinya.

Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi maka Abu Nawas mengucapkan

syukur kepada Tuhan.

“Alhamdulillah aku telah terlepas dari balak yang mengerikan.

Tapi.,..sayang sekali kenapa harus Polan yang menjadi Kadi, kenapa tidak yang

lain saja.”

Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila? Ceritanya begini:

Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia

panggii Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati

bapaknya yang sudah lemah lunglai.

Berkata bapaknya,”Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah

telinga kanan dan telinga kiriku.”

Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. la cium telinga

kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau

sangat busuk.

“Bagamaina anakku? Sudah kau cium?”

“Benar Bapak!”

“Ceritakankan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku int.”

“Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau

harum sekali. Tapi… yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?”

“Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?”

“Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini.”

Berkata Syeikh Maulana “Pada suatu hari datang dua orang mengadukan

masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang

seorang lagi karena aku tak suaka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah

resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan

mengalami hai yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka

buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan

Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap

memilihmu sebagai Kadi.”

Nan, itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila. Hanya untuk

menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi, seorang kadi atau

penghulu pada masa itu kedudukannya seperti hakim yang memutus suatu

perkara. Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun dia sering diajak

konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali

dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda

Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.

oo000oo

2. Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi

Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua

orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual

kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir.

Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si

pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh

murid-muridnya menutup kitab mereka.

“Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada

malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta

batu.”

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu

Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan

berddfa di pihak yang benar.

Pada malam harimya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa

peralatan yang diminta oleh Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,”Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak

Tuan Kadi yang baru jadi.”

“Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?” gumam semua muridnya keheranan.

“Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!” kata Abu

Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu,

jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa

yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang

hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan iemparilah dengan batu.”

Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Kadi.

Laksana demonstran mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi.

Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih

ketikatanpa basa-basi lagi mereka iangsung merusak rumah Tua Kadi. Orang-orang

kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena jumlah

14

murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani

mencegah.

Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan

bertanya,”Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?”

Murid-murid itu menjawab,”Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!”

Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan

rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah.

Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orang yang berani membelanya

“Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya

kepada Baginda.”

Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu

Nawas dipanggil menghadap Baginda.

Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. “Hai Abu Nawas apa

sebabnya kau merusak rumah Kadi itu”

Abu Nawas menjawab,”Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada sliatu malam

hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya.

Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus

lagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi.”

Baginda berkata,” Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah

perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?”

Dengan tenang Abu Nawas menjawab,”Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi

yang baru ini Tuanku.”

15

Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la

terdiam seribu bahasa.

“Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?” tanya Baginda.

Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran

karena takut.

“Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti

ini !” perintah Baginda.

“Baiklah …… “Abu Nawas tetap tenang. “Baginda…. beberapa hari yang lalu

ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang

sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi

kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini

hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung

mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda

Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah

terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik

pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan

akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa.”

Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya

seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda

Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di

depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke

hadapan Baginda.

Berkata Baginda Raja,”Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ihwal dirimu sejak

engkau datang ke negeri ini.”

16

Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan

pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia

menginap.

“Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang bejad

moralnya.”

Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya

dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.

Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas

pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,”Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun

kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua.”

Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke

negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada

penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal.


by Rony Lesmana
Sumber : http://pejuangikhlas.wordpress.com/2010/07/11/abunawas-sang-penggelitik-hati-1/
oo000oo

Abunawas Sang Penggelitik Hati

1. Pesan Bagi Para Hakim

Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namun juga dianggap ulama

besar ini— sufi, tokoh super lucu yang tiada bandingnya ini aslinya orang Persia

yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di

Baghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar

bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir.

Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran

orang Arab”, la juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. la sempat

pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya

menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.

Mari kita mulai kisah penggeli hati ini. Bapaknya Abu Nawas adalah Penghulu

Kerajaan Baghdad bernama Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang

sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur

jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan

Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara

memandikan jenazah hingga mengkafani, menyalati dan mendo’akannya, maka

Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu

menggantikan kedudukan bapaknya.

Namun… demi mendengar rencana sang Sultan.

Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak berubah menjadi

gila.

Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong

batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari batang

pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya.

Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.
Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup

banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia

mengajak anak-anak bermain rebana dan bersuka cita.

Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu, mereka

menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh

bapaknya.

Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang

menemui Abu Nawas.

“Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana.” kata wazir

utusan Sultan.

“Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya.”jawab Abu

Nawas dengan entengnya seperti tanpa beban.

“Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu.”

“Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan

di sungai supaya bersih dan segar.” kata Abu Nawas sambil menyodorkan

sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.

Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.

“Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?” kata wazir

“Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau.” kata Abu

Nawas.

“Apa maksudnya Abu Nawas?” tanya wazir dengan rasa penasaran.

“Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu.” sergah Abu Nawas

sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.

Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan

keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.

Dengan geram Sultan berkata,”Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu

Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia

kemari dengan suka rela ataupun terpaksa.”

Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu

Nawas di hadirkan di hadapan raja.

Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya

ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.

“Abu Nawas bersikaplah sopan!” tegur Baginda.

“Ya Baginda, tahukah Anda….?”

“Apa Abu Nawas…?”

“Baginda… terasi itu asalnya dari udang !”

“Kurang ajar kau menghinaku Nawas !”

“Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?”

Baginda merasa dilecehkan, ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada

para pengawalnya. “Hajar dia ! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali”

Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu akhirnya lemas tak berdaya dipukuli

tentara yang bertubuh kekar.

Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika sampai di pintu gerbang

kota, ia dicegat oleh penjaga.

“Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk ke kota ini kita telah

mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi

hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian,

aku satu bagian. Nah, sekarang mana bagianku itu?”

“Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah

Baginda yang diberikan kepada tadi?”

“lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?”

“Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!”

“Wan ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan

sudah sering menerima hadiah dari Baginda.”

Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar

lalu orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu

menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila.

Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu

saja, ia terus melangkah pulang ke rumahnya.

Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan

Harun Al Rasyid.

“Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba datang kemari

mengadukan Abu Nawas yang teiah memukul hamba sebanyak dua puluh lima

kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda.”

Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah

Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya.”Hai Abu Nawas! Benarkah kau

telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali

pukulan?”

Berkata Abu Nawas,”Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah

sepatutnya dia menerima pukulan itu.”

“Apa maksudmu? Coba kau jelaskan sebab musababnya kau memukuli orang

itu?” tanya Baginda.

“Tuanku,”kata Abu Nawas.”Hamba dan penunggu pintu gerbang ini telah

mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberi hadiah oleh Baginda maka

hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu bagian untuknya satu bagian untuk saya.

Nah pagi tadi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan, maka saya

berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya.”

“Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau telah mengadakan perjanjian

seperti itu dengan Abu Nawas?” tanya Baginda.

“Benar Tuanku,”jawab penunggu pintu gerbang.

“Tapi hamba tiada mengira jika Baginda memberikan hadiah pukulan.”

“Hahahahaha IDasar tukang peras, sekarang kena batunya kau!”sahut

Baginda.”Abu Nawas tiada bersalah, bahkan sekarang aku tahu bahwa penjaga

pintu gerbang kota Baghdad adalah orang yang suka narget, suka memeras

orang! Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh aku akan

memecat dan menghukum kamu!”

“Ampun Tuanku,”sahut penjaga pintu gerbang dengan gemetar.

Abu Nawas berkata,”Tuanku, hamba sudah lelah, sudah mau istirahat, tiba-tiba

diwajibkan hadir di tempat ini, padahal hamba tiada bersalah. Hamba mohon

ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan

Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba.”

Sejenak Baginda melengak, terkejut atas protes Abu Nawas, namun tiba-tiba ia

tertawa terbahak-bahak, “Hahahaha…jangan kuatir Abu Nawas.”

Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan memberikan sekantong

uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira.

Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan

semakin nyentrik seperti orang gila sungguhan.

Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan rapat dengan para

menterinya.

“Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai

kadi?”

Wazir atau perdana meneteri berkata,”Melihat keadaan Abu Nawas yang

semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja

menjadi kadi.”

Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama.

“Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu dia tak layak menjadi kadi.”

“Baiklah, kita tunggu dulu sampai dua puluh satu hari, karena bapaknya baru

saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain

saja.”

Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dianggap gila, maka Sultan Harun Al

Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad.

Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorang bernama Polan yang sejak

lama berambisi menjadi Kadi, la mempengaruhi orang-orang di sekitar Baginda

untuk menyetujui jika ia diangkat menjadi Kadi, maka tatkala ia mengajukan

dirinya menjadi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda

menyetujuinya.

Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi maka Abu Nawas mengucapkan

syukur kepada Tuhan.

“Alhamdulillah aku telah terlepas dari balak yang mengerikan.

Tapi.,..sayang sekali kenapa harus Polan yang menjadi Kadi, kenapa tidak yang

lain saja.”

Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila? Ceritanya begini:

Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia

panggii Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati

bapaknya yang sudah lemah lunglai.

Berkata bapaknya,”Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah

telinga kanan dan telinga kiriku.”

Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. la cium telinga

kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau

sangat busuk.

“Bagamaina anakku? Sudah kau cium?”

“Benar Bapak!”

“Ceritakankan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku int.”

“Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau

harum sekali. Tapi… yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?”

“Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?”

“Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini.”

Berkata Syeikh Maulana “Pada suatu hari datang dua orang mengadukan

masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang

seorang lagi karena aku tak suaka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah

resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan

mengalami hai yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka

buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan

Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap

memilihmu sebagai Kadi.”

Nan, itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila. Hanya untuk

menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi, seorang kadi atau

penghulu pada masa itu kedudukannya seperti hakim yang memutus suatu

perkara. Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun dia sering diajak

konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali

dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda

Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.

oo000oo

2. Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi

Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua

orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual

kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir.

Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si

pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh

murid-muridnya menutup kitab mereka.

“Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada

malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta

batu.”

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu

Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan

berddfa di pihak yang benar.

Pada malam harimya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa

peralatan yang diminta oleh Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,”Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak

Tuan Kadi yang baru jadi.”

“Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?” gumam semua muridnya keheranan.

“Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!” kata Abu

Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu,

jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa

yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang

hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan iemparilah dengan batu.”

Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Kadi.

Laksana demonstran mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi.

Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih

ketikatanpa basa-basi lagi mereka iangsung merusak rumah Tua Kadi. Orang-orang

kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena jumlah

14

murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani

mencegah.

Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan

bertanya,”Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?”

Murid-murid itu menjawab,”Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!”

Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan

rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah.

Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orang yang berani membelanya

“Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya

kepada Baginda.”

Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu

Nawas dipanggil menghadap Baginda.

Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. “Hai Abu Nawas apa

sebabnya kau merusak rumah Kadi itu”

Abu Nawas menjawab,”Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada sliatu malam

hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya.

Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus

lagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi.”

Baginda berkata,” Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah

perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?”

Dengan tenang Abu Nawas menjawab,”Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi

yang baru ini Tuanku.”

15

Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la

terdiam seribu bahasa.

“Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?” tanya Baginda.

Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran

karena takut.

“Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti

ini !” perintah Baginda.

“Baiklah …… “Abu Nawas tetap tenang. “Baginda…. beberapa hari yang lalu

ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang

sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi

kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini

hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung

mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda

Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah

terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik

pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan

akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa.”

Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya

seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda

Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di

depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke

hadapan Baginda.

Berkata Baginda Raja,”Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ihwal dirimu sejak

engkau datang ke negeri ini.”

16

Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan

pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia

menginap.

“Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang bejad

moralnya.”

Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya

dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.

Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas

pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,”Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun

kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua.”

Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke

negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada

penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal.


by Rony Lesmana
Sumber : http://pejuangikhlas.wordpress.com/2010/07/11/abunawas-sang-penggelitik-hati-1/
oo000oo

Minggu, 14 November 2010

Mutiara Kata Hikmah


Hari ini sebelum kita mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Fikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berkata-kata sama sekali.

Sebelum kita mengeluh tentang rasa dari makanan,
Fikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa,
Fikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

Sebelum kita mengeluh bahwa kita buruk,
Fikirkan tentang seseorang yang berada pada keadaan yang terburuk di dalam hidupnya.

Sebelum mengeluh tentang suami atau isteri anda,
Fikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

Hari ini sebelum kita mengeluh tentang hidup,
Fikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

Sebelum kita mengeluh tentang anak-anak kita,
Fikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

Sebelum kita mengeluh tentang rumah yang kotor kerana pembantu tidak mengerjakan tugasnya,
Fikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

Dan di saat kita letih dan mengeluh tentang pekerjaan,
Fikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti kita.

Sebelum kita menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

Dan ketika kita sedang bersedih dan hidup dalam kesusahan,
Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahawa kita masih hidup !

Sumber :http://mutiarakatahikmah.blogspot.com/

Senin, 08 November 2010

Pengorbanan Seorang Ayah (Sebuah Renungan)



Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, Tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya
Yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok, Disertai suara batuk-batuknya.
Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya
"Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian membongkok ?"Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda.
Si ayah menjawab : "Sebab aku lelaki."
Anak perempuan itu berkata sendirian : "Aku tidak mengerti".
Dengan kerut-kening kerana jawapan ayahnya membuatnya termenung rasa kebingungan.
Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu,
terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan
"Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki."
Demikian bisik Si ayah, yang membuat anaknya itu bertambah kebingungan.
Kerana perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya.
"Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian membongkok? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada
keluhan dan rasa sakit?"
Ibunya menjawab:
"Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggungjawab terhadap
keluarga itu memang akan demikian."
Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itupun kemudian membesar dan menjadi dewasa, tetapi dia tetap juga masih tercari-cari jawapan, mengapa wajah
ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi membongkok?
Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimah sebagai
jawapan rasa kebingungannya selama ini.
"Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia sentiasa akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindung."
"Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat
pula untuk melindungi seluruh keluarganya."
"Ku berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya".
"Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat
panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan dan kesejukan kerana tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-perihnya."
"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan
kerapkali menyerangnya".
"Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun
juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya.Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat di mana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknyaagar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."
"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan oleh anak-
anaknya."
"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyedarkan, bahawa isteri yang baik adalah isteri yang setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka mahupun duka,walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan
menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi."
"Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan
menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan badannya yang terbongkok agar dapat membuktikan, bahawa sebagai lelaki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha
mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya."
"Ku berikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga (seri/penyokong), agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki, walaupun
sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."
Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah."

p/s: Oleh itu jika ayah kita masih hidup jangan sia-siakan kesempatan untuk membuat hatinya gembira. Bila ayah kita telah tiada, jangan putuskan tali
silaturahim yang telah dirintisnya dan doakanlah agar Allah selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya. Amin
_________________
aku dambakan..dambakan cinta
cinta sejati yang kekal selamanya
biarpun pahit pejalanan meraihnya
demi redha-mu kuharungi jua...

kini terungkai sudah
kisah hidup kita
berbekal taat dan sabar
pastikan berjaya...

Sumber :http://devotees.forumwise.com/devotees-thread1824.html

Tips Untuk Mengatasi Kesedihan


Kesedihan adalah perasaan jiwa yang bersifat naluriah, berupa kecil hati dan hilangnya rasa senang dan gembira pada seseorang. Perasaan ini dialami setiap orang dari waktu ke waktu, tergantung sikap mental yang ada pada dirinya dan kesulitan hidup yang dialaminya. Oleh karena itu, perasaan ini pada umumnya tidak selamanya menghinggapi manusia. perasaan ini dapat hilang dengan sendirinya atau manusia itu sendiri sanggup melawannya dengan cara yang tepat. Berikut adalah tips-tips untuk mengatasi kesedihan:

1. Mengingat bahwa hidup ini diciptakan dengan tabiat duka dan nestapa
Duka dan nestapa memang sudah menjadi tabiat dan kelaziman hidup didunia, siapa pun tidak dapat mengelak dari kenyataan ini. Allah berfirman:


"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (Al-Balad:4)
Berdasarkan ayat ini, manusia hidup dalam keadaan selalu mengalami susah payah sesuai takdir yang ditentukan untuknya sampai dia menghadap Rabb-nya. Oleh karena itu manusia harus memperteguh dirinya dalam menghadapi semuanya ini.

2. Mengingat bahwa semua manusia mengalami kesedihan Ya, hendaklah kita semua mengingatkan diri kita masing-masing bahwa seluruh Bani Adam yang ada di muka bumi, meskipun berbeda-beda tempat dan derajatnya masing-masing, semuanya ditimpa kesedihan dan hal-hal yang tidak diinginkan, sama seperti halnya yang dialami orang lain. Oleh karena itu, hendaklah orang yang sedang bersedih hati menghibur dirinya bahwa tidak hanya dia sendiri yang sedang ditimpa kesedihan. Seorang ulama salaf berkata,"Di antara hal-hal yang paling efektif bagi orang yang terkena musibah adalah hendaklah dia memadamkan api musibahnya dengan embun keteladanan yang dicontohkan oleh orang lain yang juga terkena musibah. Selain itu, hendaklah dia menyadari bahwa di setiap desa, kota, di setiap rumah, bahkan di mana saja selalu ada orang yang terkena musibah."

3. Mengingat bahwa Musibah adalah takdir
Maksudnya, hiburlah diri anda bahwa segala sesuatu yang menimpa adalah bagian dari ketetapan dan takdir Allah Ta'ala, yang sedikit pun tidak bisa di tolak karena telah menjadi ketetapan baginya sebelum dia lahir ke dunia. Sesungguhnya musibah-musibah yang menimpa manusia semuanya telah tercatat dalam lauh Mahfuzh. Allah berfirman:



"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Al-Hadid:22)

Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah mencatat takdir-takdir para makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi." (Muslim no. 2653)

4. Mengingat bahwa Sabar itu ada pahalanya
Maksudnya, hendaklah orang mukmin menyadari bahwa apabila dia bersabar dan menerima dengan ikhlas ketika ditimpa musibah dan kesedhan, maka dia mendapat pahala. Rasulullah bersabda:
"Tidaklah orang mukmin ditimpa suatu keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, gangguan, dan kesusahan, sampai duri yang menusuknya sekalipun, kecuali Allah menghapus dengan nya kesalahan-kesalahannya." (Bukhari dan Muslim)

5. Yakin bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hambanya
Maksudnya Allah takkan menakdirkan sesuatu, melainkan ada hikmah yang dikehendaki-Nya. Hal ini dikarenakan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla tidak mungkin melakukan kesia-siaan. Jadi tidak ada ketentuan Allah tanpa suatu hikmah yang dikehendaki-Nya. Selain itu, Allah juga lebih mengasihi hamba-hamba-Nya daripada mereka terhadap diri mereka sendiri. Allah berfirman:



"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah:216)

Ibnul Qayyim berkata, "Adalah termasuk rahmat dari yang maha Pengasih diantara semua pengasih, bahwa Dia menguji seseorang dengan berbagai macam cobaan. Karena, Allah Ta'ala lebih mengetahui kemaslahatan bagi orang tersebut. Jadi, cobaan dan ujian yang Dia berikan kepadanya dan dicegahnya orang tersebut dari berbagai keinginan dan syahwat-syahwatnya adalah termasuk rahmat Allah terhadap dirinya. Akan tetapi, karena terlalu bodoh dan zhalimnya, orang tersebut kemudian menuduh Tuannya macam-macam karena cobaan tersebut dan tidak mengetahui bahwa Allah justru berbuat baik kepadanya dengan cobaan dan ujian yang Dia berikan itu."

6. Membentengi diri dengan kesabaran
Allah berfirman:



"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Baqarah 155-157)

Yakni menahan diri jangan sampai berkeluh kesah dan bersungut-sungut, tetapi ridha menerima qadha Allah dan mengharapkan pahala-Nya. Inilah kewajiban seorang muslim ketika menghadapi musibah-musibah dan kesedihan-kesedihan yang menimpa dirinya. selain itu, hanya dengan cara inilah orang yang sedang mengalami bencana menunjukkan kehambaannya kepada Allah. Ibnul Qayyim berkata,"Sabar itu wajib menurut ijma seluruh umat. Ia merupakan setengan dari iman. Jadi iman itu satu. Setengahnya adalah sabar dan setengah lainnya dalah syukur." Sabar dapat terlaksana dengan tiga hal:
1. Menahan diri dari berkeluh kesah dan bersungut-sungut.
2. menahan lidah dari mengadu kepada sesama makhluk
3. Menahan anggota tubuh dari melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kesabaran.

7. Melihat keadaan orang yang mengalami Musibah lebih dahsyat
Betapa pun dahsyatnya musibah yang menimpa seseorang, tetapi dia -andaikan mencari- akan menemui orang yang mengalami musibah lebih dahsyat lagi. Oleh karena itu Allah berfirman:

"Lihatah kepada orang yang lebih rendah darimu, dan jangan melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. itu lebih patut (kamu lakukan), supaya kamu tidak memandang remeh nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu." (Muslim No. 2963)

8. Memohon kepada Allah agar menyingkirkan bencana yang menimpa
Selain dari usaha-usaha tersebut, kita juga memohon kepada-Nya agar memberi akhir yang baik dari bencana itu. Dalam hal ini, orang mukmin hendaklah mengucapkan seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi Ya'kub:



"Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku,"(Yusuf:86)



Manusia hendaknya mengadukan keperluannya dan kesusahannya kepada Allah semata. Dalam As-Sunnah banyak kita temui doa-doa yang khusus mengenai kesusahan, kecemasan, dan kesedihan seperti:


a. Doa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah sewaktu mengalami kesusahan, beliau mengucapkan:



"Tiada Tuhan sekain Allah yang Maha Agung lagu Maha penyantun. Tiada Tuhan selain Allah, Pemilik Arsy yang agung. Tiada Tuhan Selain Allah, pemelihara langit dan bumi dan pemilik Arsy yang mulia." (Bukhari No. 6345)

b. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud Rasulullah bersabda."Tidak seorang pun yang mengalami kecemasan maupun kesedihan, lalu mengucapkan:




Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu yang lelaki, dan anak hamba-Mu yang perempuan. Ubun-ubunku ada di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku padaku, keputusan-Mu adil padaku. Aku memohon kepada-Mu dengan menyebut segenap nama yang Engkau miliki, yang dengan itu Engkau namai Diri-Mu, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada seseorang dari Makhluk-Mu, atau engkau simpan sendiri dalam ilmu gaib yang ada di sisi-Mu, jadikanlah Al-Quran penyegar hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihanku, dan pelenyap kecemasanku," kecuali Allah akan menghilangkan kecemasan dan kesedihannya dan akan menggantinya dengan suatu jalan keluar." Menurut suatu riwayat "menggantinya dengan suatu kegembiraan." Seorang perawi berkata,"Maka seseorang bertanya,"Ya Rasulullah, tidakkah kami mempelajari doa ini? Rasul menjawab Tentu, siapa pun yang mendengarnya patut mempelajarinya." (Ahmad)

c. Doa yang diriwayatkan oleh Anas dia berkata,"Dulu aku menjadi pelayan Rasulullah. Oleh karena itu aku sering mendengar beliau mengucapkan:


"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari cemas dan sedih, lemah dan malas, kikir dan sikap pengecut, lilitan hutang dan dikalahkan orang lain." (Bukhari No. 9328)

9. Yakin bahwa musibah hanyalah sementara
Karena janji Allah itu benar. Allah berfirman:



"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya kesulitan itu ada kemudahan." (Al-Insyirah 5-6)

Menurut Hasan Al-Bashri, bahwa dulu orang-orang menyatakan,"Satu kesulitan takkan mengalahkan dua kemudahan." Maksudnya adalah Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat Alam Nasyroh hanyalah satu. Al ‘usr dalam ayat pertama sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam ayat berikutnya karena keduanya menggunakan isim ma’rifah (seperti kata yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika isim ma’rifah diulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama, terserah apakah isim ma’rifah tersebut menggunakan alif lam jinsi ataukah alif lam ‘ahdiyah.” Intinya, al ‘usr (kesulitan) pada ayat pertama sama dengan al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua. Sedangkan kata “yusro (kemudahan)” dalam surat Alam Nasyroh itu ada dua. Yusro (kemudahan) pertama berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua karena keduanya menggunakan isim nakiroh (seperti kata yang tidak diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara umum, jika isim nakiroh itu diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang pertama.” Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena berulang. Ini berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan.

10. Bersegera shalat begitu ditimpa musibah
Allah berfirman:



"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah:153)

Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu katsir berkata, "Adapun alasan Allah Ta'ala menyebutkan shalat tidak lain karena shalat memberi dukungan terbesar dalam meneguhkan hati ketika menghadapi urusan." Hal ini dikarenakan dalam shalat orang tersebut akan merasakan kenyamanan dan ketentraman. yakni, hatinya akan dipenuhi keridhaan, urat sarafnya akan tenang sehingga dia merasa mesra berhubungan dengan Tuhannya 'Azza wa Jalla, yaitu dia bisa bermunajat kepada-Nya dan menyatakan kebangkrutannya dan kelemahannya untuk melawan apa yang sedang menimpa dirinya. Oleh karena itu, dia pun memohon kepada Tuhannya Yang Maha Kuasa untuk mengubah segala keadaan, agar Dia berkenan menghilangkan segala kesusahannya, menyingkirkan segala kecemasannya, dan membuang segala kesedihannya, serta memberi kesudahan yang baik. Diriwayatkan dari hudzaifah Apabila Nabi Shallahu 'Alaihi Wa sallam ditimpa sesuatu yang menyusahkan, beliau shalat (Abu Daud No. 4703)

11. Mengingat akan hakikat dunia
Karena Allah taala yang menciptakan dunia ini telah menciptakan dengan tegas dan jelas kepada kita apa sebenarnya dunia ini, baik dengan nash maupun dengan berbagai perumpamaan. Oleh karenanya, Allah ta'ala juga memperingatkan hamba-hamba-Nya agar jangan sampai terpedaya dengannya, sebagaimana Dia firmankan:



"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (Faathir:5)

Dunia adalah negeri segala macam musibah, kekeruhan, kesusahan, dan ancaman yang berupa berbagai bahaya dan penyakit. Orang-orang yang kelaparan di dunia tiada terhitung. Oleh karena itu, orang yang bahagia ialah orang yang mengambil dari dunia sekadar bekal perjalanannya saja menuju akhirat tanpa terperdaya dengannya.

12. Mengingat kematian
Diantara hal yang dapat membantu ketangguhan kita menanggung kesedihan setelah benar-benar terjadi ialah mengingat kematian dan bahwa kita akan segera pindah ke akhirat. Rasulullah bersabda:

"Perbanyaklah kamu mengingat pemutus segala kelezatan. karena, tidak seorang pun yang mengingatnya ketika dalam keadaan sempit, kecuali dia rasakan betapa lapangnya kesempitanitu. Dan tiadalah dia mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, kecuali dia rasakan betapa sempitnya kelapangan itu." (Tirmidzi No. 2308)

Syaikh Abdullah Al-Ju'aisin berkata,"Maksudnya apabila seseorang ingat akan mati ketika mengalami kesempitan, berupa sakit atau lainnya, maka kesempitan itu akan dia rasakan ringan, bahkan dia akan merasa lapang karena dia mengeathui itu akan cepat berlalu dari dirinya, dan bahwa dia akan mendapat pahala dan upah sepenuhnya karenanya. Apabila dia mengingat akan kematian ketika dalam keadaan lapang, maka kelapangan tersebut dia rasakan sempit, karena dia mengetahui akan beralih darinya dan bahwa kelapangan itu akan segera hilang. Perasaan ini lebih baik baginya daripada dia tenggelam dalam kelezatan dan melupakan mati dan hal-hal yang terjadi sesudahnya."

13. Mengingat bahwa tidak ada gunanya bersedih hati
Maksudnya, ingat bahwasanya tidak ada gunanya berkeluh kesah dan menyesali musibah yang telah terjadi dan bahwa hal tersebut justru akan menambah penderitaan dan sakit hati. hal ini dikarenakan takdir Allah pasti berlaku tanpa diragukan. Ali bin Abu Thalib berkata, "Sesungguhnya jika kamu bersabar, maka takdir apa pun yang berlaku pada dirimu, kamu akan mendapat pahala. Sebaliknya, jika kamu berkeluh kesah, maka takdir akan tetap berlaku pada dirimu, sedangkan kamu berdosa."

14. Berupaya menyingkirkan kegundahan hati dengan berbagai cara
Dalam melakukan upaya ini, ada sebagian orang yang merasakan bahwa dengan menangis dia dapat menyingkirkan kesedihannya. Ada yang dengan bersyair, yakni dengan mengungkapkan kesedihan-kesedihannya dan apa-apa yang dia rasakan lewat bait-bait syair. Ada lagi yang mengungkapkan kesedihan-kesedihannya kepada temannya yang terdekat, yakni dia sampaikan kepadanya apa yang ada dalam hatinya dan apa yang sedang dialaminya. Walhasil, setiap orang mengetahui caranya sendiri untuk menghilangkan dan memusnahkan kesedihan selama masih dalam batas-batas syariat. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah ketika anak beliau yang bernama Ibrahim meninggal dunia:

"Sesungguhnya mata mengalirkan air mata, hati sedih, tapi kita tidak katakan selain yang diridhai Tuhan kita. Dan sesungguhnya kami, hai Ibrahim, benar-benar sedih atas kepergianmu." (Muslim No. 2315)

15. Bepergian dan Berlibur
Bepergian dan berlibur adalah termasuk cara yang efektif untuk menghilangkan kesedihan dari orang yang terkana musibah, khususnya apabila kesedihan tersebut berlangsung lama. Karena dengan berganti tempat dan suasana, yakni berpindah dari tempat terjadinya kesedihan, maka hati akan tenang dan orang yang bersangkutan akan terhibur dan melupakan kejadian yang lalu. Dalam hal ini barangkali yang bisa dijadikan dalil adalah perintah Nabi untuk mengubah posisinya ketika marah:

"Apabila seorang dari kamu sekalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah dia duduk. Jika marahnya telah hilang, (maka sudahlah). kalau tidak, maka hendaklah dia berbaring miring." (Abu Daud No. 4782)

16. Di beri makanan tertentu
Ini dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Aisyah bahwasanya apabila ada salah seorang keluarganya meninggal dunia, maka para wanita berkumpul, kemudian mereka membubarkan diri selain keluarga dan teman dekatnya. Aisyah kemudian menyuruh diambilkan seperiuk talbinah, lalu dimasak. Sesudah itu, dibuatlah bubur roti, lalu talbinah itu dituangkan kepadanya. Kemudian, dia berkata,"Makanlah ini. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

"Talbinah itu menyamankan hati orang yang sedang sakit dan menghilangkan sebagian kesedihannya." (Bukhari No. 5101)

Adapun talbinah atau talbin adalah larutan encer dari teoung dan dedak, terkadang ditaburi madu. Disebut talbinah karena menyerupai laban (susu) karena warnanya putih dan encer.

17. Membaca atau mendengarkan kisah
Yakni membaca atau mendengarkan kisah tentang orang-orang yang terkena musibah sampai mengalami kesedihan dan penderitaan hebat. Namun tak lama kemudian kesedihannya hilang bahkan dari balik musibah tersebut muncullah banyak kebaikan. Oleh karena itu, Maha benarlah Allah yang Maha Agung dalam firmannya:



"Barangkali kamu tidak meyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (An-Nisa : 19)


Referensi:
Buku Obat penawar hati yang sedih (Dilengkapi Dengan Kisah-Kisah Nyata Pelipur Lara) karya Sulaiman bin Muhammad bin Abdullah Al-Utsaim
http://majalah.pengusahamuslim.com/

Di Copy Dari :
http://www.catatanlepas.com/lain-lain/39-aneka-tips-dan-keutamaan/163-tips-untuk-mengatasi-kesedihan.html

Senin, 01 November 2010

Sikap Memaafkan dan



Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)


Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.


Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang
Dalam bukunya, Forgive for Good [Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih – memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

By Harun Yahya
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/094.htm

Senin, 25 Oktober 2010

Berpikirlah Sejak Anda Bangun Tidur


Tidak diperlukan kondisi khusus bagi seseorang untuk memulai berpikir. Bahkan bagi orang yang baru saja bangun tidur di pagi hari pun terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat mendorongnya berpikir.

Terpampang sebuah hari yang panjang dihadapan seseorang yang baru saja bangun dari pembaringannya di pagi hari. Sebuah hari dimana rasa capai atau kantuk seakan telah sirna. Ia siap untuk memulai harinya. Ketika berpikir akan hal ini, ia teringat sebuah firman Allah:

"Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS. Al-Furqaan, 25: 47)

Setelah membasuh muka dan mandi, ia merasa benar-benar terjaga dan berada dalam kesadarannya secara penuh. Sekarang ia siap untuk berpikir tentang berbagai persoalan yang bermanfaat untuknya. Banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan dari sekedar memikirkan makanan apa yang dipunyainya untuk sarapan pagi atau pukul berapa ia harus berangkat dari rumah. Dan pertama kali ia harus memikirkan tentang hal yang lebih penting ini.

Pertama-tama, bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah sebuah keajaiban yang luar biasa. Kendatipun telah kehilangan kesadaran sama sekali sewaktu tidur, namun di keesokan harinya ia kembali lagi kepada kesadaran dan kepribadiannya. Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas, berbicara dan melihat. Padahal di saat ia pergi tidur, tidak ada jaminan bahwa semua hal ini akan kembali seperti sediakala di pagi harinya. Tidak pula ia mengalami musibah apapun malam itu. Misalnya, kealpaan tetangga yang tinggal di sebelah rumah dapat menyebabkan kebocoran gas yang dapat meledak dan membangunkannya malam itu. Sebuah bencana alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi di daerah tempat tinggalnya.

Ia mungkin saja mengalami masalah dengan fisiknya. Sebagai contoh, bisa saja ia bangun tidur dengan rasa sakit yang luar biasa pada ginjal atau kepalanya. Namun tak satupun ini terjadi dan ia bangun tidur dalam keadaan selamat dan sehat. Memikirkan yang demikian mendorongnya untuk berterima kasih kepada Allah atas kasih sayang dan penjagaan yang diberikan-Nya.

Memulai hari yang baru dengan kesehatan yang prima memiliki makna bahwa Allah kembali memberikan seseorang sebuah kesempatan yang dapat dipergunakannya untuk mendapatkan keberuntungan yang lebih baik di akhirat. Ingat akan semua ini, maka sikap yang paling sesuai adalah menghabiskan waktu di hari itu dengan cara yang diridhai Allah.

Sebelum segala sesuatu yang lain, seseorang pertama kali hendaknya merencanakan dan sibuk memikirkan hal-hal semacam ini. Titik awal dalam mendapatkan keridhaan Allah adalah dengan memohon kepada Allah agar memudahkannya dalam mengatasi masalah ini. Doa Nabi Sulaiman adalah tauladan yang baik bagi orang-orang yang beriman: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (QS. An-Naml, 27 : 19)

Bagaimana kelemahan manusia mendorong seseorang untuk berpikir?Tubuh manusia yang demikian lemah ketika baru saja bangun dari tidur dapat mendorong manusia untuk berpikir: setiap pagi ia harus membasuh muka dan menggosok gigi. Sadar akan hal ini, ia pun merenungkan tentang kelemahan-kelemahannya yang lain. Keharusannya untuk mandi setiap hari, penampilannya yang akan terlihat mengerikan jika tubuhnya tidak ditutupi oleh kulit ari, dan ketidakmampuannya menahan rasa kantuk, lapar dan dahaga, semuanya adalah bukti-bukti tentang kelemahan dirinya.

"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (QS. Ar-Ruum, 30: 54)

Bagi orang yang telah berusia lanjut, bayangan dirinya di dalam cermin dapat memunculkan beragam pikiran dalam benaknya. Ketika menginjak usia dua dekade dari masa hidupnya, tanda-tanda proses penuaan telah terlihat di wajahya. Di usia yang ketigapuluhan, lipatan-lipatan kulit mulai kelihatan di bawah kelopak mata dan di sekitar mulutnya, kulitnya tidak lagi mulus sebagaimana sebelumnya, perubahan bentuk fisik terlihat di sebagian besar tubuhnya. Ketika memasuki usia yang semakin senja, rambutnya memutih dan tangannya menjadi rapuh.


Bagi orang yang berpikir tentang hal ini, usia senja adalah peristiwa yang paling nyata yang menunjukkan sifat fana dari kehidupan dunia dan mencegahnya dari kecintaan dan kerakusan akan dunia. Orang yang memasuki usia tua memahami bahwa detik-detik menuju kematian telah dekat. Jasadnya mengalami proses penuaan dan sedang dalam proses meninggalkan dunia ini. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai melemah kendatipun ruhnya tidaklah berubah menjadi tua. Sebagian besar manusia sangat terpukau oleh ketampanan atau merasa rendah dikarenakan keburukan wajah mereka semasa masih muda.


Pada umumnya, manusia yang dahulunya berwajah tampan ataupun cantik bersikap arogan, sebaliknya yang di masa lalu berwajah tidak menarik merasa rendah diri dan tidak bahagia. Proses penuaan adalah bukti nyata yang menunjukkan sifat sementara dari kecantikan atau keburukan penampilan seseorang. Sehingga dapat diterima dan masuk akal jika yang dinilai dan dibalas oleh Allah adalah akhlaq baik beserta komitmen yang diperlihatkan seseorang kepada Allah.

Setiap saat ketika menghadapi segala kelemahannya manusia berpikir bahwa satu-satunya Zat Yang Maha Sempurna dan Maha Besar serta jauh dari segala ketidaksempurnaan adalah Allah, dan iapun mengagungkan kebesaran Allah. Allah menciptakan setiap kelemahan manusia dengan sebuah tujuan ataupun makna. Termasuk dalam tujuan ini adalah agar manusia tidak terlalu cinta kepada kehidupan dunia, dan tidak terpedaya dengan segala yang mereka punyai dalam kehidupan dunia. Seseorang yang mampu memahami hal ini dengan berpikir akan mendambakan agar Allah menciptakan dirinya di akhirat kelak bebas dari segala kelemahan.

Segala kelemahan manusia mengingatkan akan satu hal yang menarik untuk direnungkan: tanaman mawar yang muncul dan tumbuh dari tanah yang hitam ternyata memiliki bau yang demikian harum. Sebaliknya, bau yang sangat tidak sedap muncul dari orang yang tidak merawat tubuhnya. Khususnya bagi mereka yang sombong dan membanggakan diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya mereka pikirkan dan ambil pelajaran darinya.

KARYA HARUN YAHYA, ROBBANI PRESS, INDONESIA, 2000
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/002.htm

Selasa, 19 Oktober 2010

Nikah, Tujuan dan Harapan

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, وصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :

Nikah adalah salah satu sunah Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- dan para nabi sebelum beliau, disyariatkannya nikah tidak hanya untuk memperoleh keturunan atau mengumpulkan antara dua jenis insan yang berbeda. akan tetapi untuk banyak hal yang ditujukan untuk itu, diantara tujuan-tujuan itu adalah dalam firman Allah :



وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya : "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS Ar-Ruum : 21)



Ketika seseorang menikah, tujuan awalnya adalah untuk mencintai dan menyayangi, juga ingin dicintai dan disayangi. dan untuk menjadikan tenang jiwanya karena Allah menciptakan pada setiap makhluknya secara berpasang-pasangan dan jenisnya masing-masing, yaitu manusia diberikan pasangan dari jenis manusia pula, begitu pula hewan dan yang lainnya.

Setiap manusia yang normal pastilah membutuhkan seseorang yang mendampinginya dalam hidup, untuk saling berbagi, melengkapi dan tolong menolong. karena itu adalah fitrah yang telah Allah gariskan pada setiap anak Adam. Allah berfirman :



زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Artinya : "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS Ali Imran : 14)

Allah telah menjadikan indah bagi setiap manusia, dan wanita diciptakan dengan keindahan tiada bading untuk kemudian dapat saling mencintai dan membuat hati merasa nyaman ketika berada disamping hati orang yang dicintai.

Nikah bukanlah hanya tuntutan status ketika seseorang telah bertambah usianya, atau hanya penyaluran syahwat semata, akan tetapi dalam pernikahan terdapat tujuan-tujuan yang sangat mulia, yaitu untuk saling mencintai, membentuk keluarga islami dengan asas kasih sayang, menciptakan sebuah generasi yang cerdas dan tangguh, dan untuk beribadah kepada Allah, karena nikah itu ibadah.

www.artikelislami.com

Larangan Berburuk Sangka Kepada Orang Lain

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, وصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :
Ketika ghibah (menggunjing) telah menjadi penyakit masyarakat ketika berkumpul, Buruk sangka adalah penyakit ketika seseorang hendak menafsirkan kejadian. mengira-ira dan mencurigai. ketika seseorang menangkap perkataan orang lain, biasanya terlintas rasa curiga.

Perasaan tersebut adalah manusiawi, akan tetapi bagaimanakah kita sebagai seorang muslim dalam menghadapi rasa curiga tersebut?



Allah berfirman :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan bersangka (kecurigaan), karena sebagian dari bersangka itu dosa." (QS Al-Hujurat : 12)

Rasa curiga kepada keluarga, kerabat dan orang lain. Allah melarang hamba-Nya untuk mencurigai, karena sebagian besar tidaklah terbukti. maka kita diperintahkan untuk menjauhinya.

Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :


إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
Artinya : "Jauhilah berprasangka, karena prasangka itu paling dustanya perkataan." (Muttafaq 'Alaihi)

Al-Qurthubi berkata menafsiri kata "prasangka" : Yang dimaksud dengan prasangka adalah tuduhan yang tidak berdasar seperti ketika seseorang menuduh orang lain telah melakukan perbuatan keji tanpa ada hal-hal yang yang nampak yang menunjukkan bahwa dia melakukan perbuatan itu.

Bagaimana mengatasi prasangka?

Prasangka selalu terlintas dalam benak, cara mengatasinya adalah dengan tidak mencari-cari bukti akan prasangka tersebut. biarkanlah prasangka itu berlalu karena tidak termasuk perbuatan dosa ketika hati seseorang berbisik akan suatu kejelekan sampai dia mengatakannya dengan lisan.

Apakah orang yang mencari-cari (bukti) akan kecurigaannya terhadap orang lain telah terjerumus pada kecurigaan yang diharamkan?

Iya, ketika prasangka itu hanya terbesit dalam benak maka itu wajar. dan ketika prasangka itu telah diikuti dan dicari-cari buktinya maka telah terjerumus dalam prasangka yang diharamkan oleh Allah dan Rosul-Nya. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :


تَجَاوَزَ اللَّه لِلْأُمَّةِ عَمَّا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسهَا
Artinya : "Allah mengampuni apa-apa yang (hanya) dibisikan oleh hati."


www.artikelislami.com

Kamis, 14 Oktober 2010

Kisah Keberanian Ulama di Depan Penguasa


1. Dikisahkan bahwa Hisyâm bin ‘Abdul Malik datang ke Baitullah, Ka’bah untuk melakukan manasik haji. Ketika masuk ke Masjid al-Haram, dia berkata, “Tolong hadirkan ke hadapanku salah seorang dari kalangan para shahabat.!”
Lalu ada orang yang menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, mereka semua sudah meninggal dunia.”

Lalu dia berkata lagi, “Kalau begitu, dari kalangan tabi’in saja.”

Maka dihadirkanlah Thâwûs al-Yamâny. Tatkala menemui sang Amir, dia mencopot kedua sandalnya di pinggir permadaninya dengan tidak memberi salam terlebih dahulu dan tidak pula memanggilnya dengan julukannya (kun-yah), lantas duduk di sampingnya tanpa idzin pula seraya berujar,
“Bagaimana kabarmu wahai Hisyâm.?”

Maka meledaklah kemarahan sang Amir sehingga ia hampir saja berkeinginan untuk membunuhnya, namun kemudian ada yang mencegahnya seraya berkata,
“Wahai Amirul Mukminin, engkau saat ini berada di kawasan Haram Allah dan Rasul-Nya (Ka’bah) yang tidak boleh hal itu terjadi.”

Maka Hisyam berkata, “Wahai Thâwûs, apa yang mendorongmu untuk berbuat seperti itu tadi.?”
“Apa gerangan yang telah aku perbuat,?” balas Thâwûs

“Engkau telah mencopot kedua sandalmu di pinggir permadaniku, tidak memberi salam dengan menyapa, ‘Wahai Amirul Mukminin,’ tidak memanggilku dengan julukanku lalu duduk di sampingku tanpa idzin,” kata Hisyâm

“Adapun kenapa aku mencopot kedua sandalku di pinggir permadanimu, karena aku sudah biasa mencopotnya kala berada di hadapan Allah Ta’ala setiap hari, sebanyak lima kali akan tetapi Dia tidak mencela ataupun marah kepadaku. Adapun ucapanmu ‘engkau tidak memberi salam kepadaku dengan menyapa, ‘wahai Amirul Mukminin’’ karena tidak setiap Muslim setuju atas naiknya engkau ke tampuk kekuasaan. Jadi, aku takut kalau menjadi seorang pendusta (dengan menyapamu sebagai Amir semua orang-orang beriman-red.,). Mengenai perkataanmu ‘engkau tidak memanggilku dengan julukanku’ karena Allah Ta’ala juga menamai para Nabi-Nya, lalu memanggi mereka; ‘wahai Daud’ ‘wahai Yahya’ ‘wahai ‘Isa’ bahkan Dia malah menyebut musuh-musuh-Nya dengan julukan dalam firman-Nya, ‘Celakalah tangan Abu Lahab.’ Sedangkan ucapanmu, ‘kamu duduk di sampingku (tanpa idzin), maka hal itu karena aku telah mendengar ‘Aly bin Abi Thalib RA., berkata, ‘Bila kamu ingin melihat salah seorang penghuni neraka, maka lihatlah kepada seorang yang duduk sementara orang-orang di sekitarnya berdiri menghormatinya,” jawab Thâwûs

Kemudian Hisyam berkata, “Kalau begitu, nasehatilah aku.”
Maka Thâwûs berkata, “Aku mendengar ‘Aly bin Abi Thalib RA., berkata, ‘Sesungguhnya di neraka Jahannam terdapat ular-ular dan kalajengking seperti bagal (peranakan antara kuda dan keledai) yang mematuk setiap Amir (Penguasa) yang tidak berlaku adil terhadap rakyatnya.”

2. Diriwayatkan bahwa Abu Ghayyâts, seorang ahli zuhud selalu tinggal di sekitar pekuburan Bukhara, lalu suatu ketika datang ke kota untuk mengunjungi saudaranya. Kebetulan bersamaan dengan itu, putera-putera Amir Nashr bin Muhammad (penguasa setempat) barusan keluar dari kediamannya bersama para biduan dan alat-alat bermain mereka. Tatkala melihat mereka, sertamerta Abu Ghayyâts berkata,
“Wahai diriku, telah terjadi sesuatu yang bila engkau diam, berarti engkau ikut andil di dalamnya.”

Lalu dia mengangkat kepalanya ke langit sembari memohon pertolongan Allah. Kemudian mengambil tongkat lalu menggebuki mereka secara serentak sehingga mereka pun lari kocar-kacir menuju kediaman sang penguasa (Amir). Setibanya di sana, mereka menceritakan kejadian tersebut kepada sang penguasa.

Maka, sang penguasa pun memanggil Abu Ghayyâts seraya berkata,
“Tidak tahukah kamu bahwa siapa saja yang membangkang terhadap penguasa, dia akan diberi makan siang di penjara.?”

“Tidak tahukah kamu bahwa siapa saja yang membangkang terhadap ar-Rahmân (Allah), dia akan makan malam di dalam neraka,?” balas Abu Ghayyâts

“Kalau begitu, siapa yang memberimu wewenang melakukan Hisbah (Amr Ma’ruf Nahi Munkar) ini,?” tanya Amir
“Dia adalah Yang telah mengangkatmu ke tampuk kekuasaan ini,” jawab Abu Ghayyâts

“Yang mengangkatku adalah sang Khalifah,” kata Amir
“Kalau begitu, Yang mengangkatku melakukan Hisbah adalah Tuhannya sang khalifah,” jawab Abu Ghayyâts

“Aku hanya mengangkatmu melakukan Hisbah di daerah Samarkand saja,” kata Amir
“Aku sudah mencopot diriku dari bertugas di sana,” jawab Abu Ghayyâts

“Aneh kamu ini, engkau melakukan Hisbah di tempat yang tidak diperintahkan kepadamu dan menolak melakukannya di tempat kamu diperintahkan,?” kata Amir lagi

“Sesungguhnya jika engkau yang mengangkatku, maka suatu ketika kamu akan mencopotku akan tetapi bila Yang mengangkatku adalah Rabbku, maka tidak akan ada seorangpun yang dapat mencopotku,” tegas Abu Ghayyâts pula

“Baiklah, sekarang mintalah apa keperluanmu,!” tanya Amir akhirnya
“Yang aku perlukan adalah kembali lagi ke masa muda,” kata Abu Ghayyâts

“Wah, itu bukan wewenangku, mintalah yang lain,!” kata Amir
“Kalau begitu, tulislah kepada Malaikat Malik, penjaga neraka, agar tidak menyiksaku kelak,” kata Abu Ghayyâts

“Wah, itu bukan wewenangku juga, mintalah yang lainnya,!” kata Amr
“Kalau begitu, tulislah kepada malaikat Ridlwân, penjaga surga, agar memasukkanku kelak ke dalam surga,!” jawab Abu Ghayyâts

“Wah, itu juga bukan wewenangku,” kata Amir lagi
“Kalau begitu, keperluanku hanya kepada Allah Yang merupakan Pemilik semua keperluan dan kebutuhan, Yang tidaklah aku meminta kepada-Nya suatu keperluan melainkan pasti Dia akan mengabulkannya,”jawab Abu Ghayyâts

Atas jawaban tegas dan brilian itu, akhirnya Abu Ghayyâts dibebaskan oleh sang Amir bahkan dia malah salut dengan keimanan dan keberaniannya.

(SUMBER: Buku Mi`ah Qishshah Wa Qishshah Fî Anîs ash-Shâlihîn Wa Samîr al-Muttaqîn disusun oleh Muhammad Amîn al-Jundy, Juz II, h.29-33)

Senin, 11 Oktober 2010

Aku Dimakamkan Hari Ini


Perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan...

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apatah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat,
rekan bisnis, atau orang-orang lain,
aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri, disini,
menunggu perhitungan ...

Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma'af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri...

Tuhanku,
(entah dari mana kekuatan itu datang,
setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya),
jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja...

Aku harus berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku.
yang selama ini telah aku sakiti hati nya
yang selama ini telah aku bohongi


Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini,
yang kukumpulkan dengan wajah gembira,
yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
yang kumakan, bahkan yang kutelan.
Aku harus tuntaskan janji janji palsu yg sering ku umbar dulu

Dan Tuhan,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta ,
teringat kata kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka ,
maafkan aku ayah dan ibu ,
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayang mu
beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
untuk sungguh sungguh beramal soleh ,
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu,
bersama mereka ...

begitu sesal diri ini
karena hari hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia sia an
kesenangan yg pernah kuraih dulu, tak ada artinya
sama sekali mengapa ku sia sia saja ,
waktu hidup yg hanya sekali itu
andai ku bisa putar ulang waktu itu ...

Aku dimakamkan hari ini,
dan semua menjadi tak terma'afkan,
dan semua menjadi terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan ...

( Riza P.N )

Orang2 yang Di Doakan Malaikat

Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi

Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)
Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang duduk menunggu shalat(Shahih Muslim no. 469)
3. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf) (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah(Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat(Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7.Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah(Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan (Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang - orang yang berinfak(Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang makan sahur(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang menjenguk orang sakit(Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain(dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Maraji' :
Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005

Capek deh...anak istri kena cacar


Empat hari sebelum puasa si sulung (Pasha) kena cacar. Recovery dua minggu lebih. Belum sembuh total, istri ikutan kena. Gawatnya, lebih parah dari si sulung. Pake observasi di RS lagi krn dikhwatirkan bayi yg lg di kandung. Belum sembuh total istri, Zaza (Zahra)jatuh di sekolah, engsel bahu sampai melintir. Belum sembuh si kecil, mag istri kambuh, sampai-sampai harus ke dokter dua kali sehari saking parahnya. Istri sembuh, si kecil agak baikan, langsung kena cacar pula...Capek deh...Sekarang rasanya saya juga sdh nggak tahan lagi dan sudah meriang, takutnya jg cacar. Antisipasi makan antiviral Acyclovir 2400 mg sehari....mudah2an ini ada hikmahnya untuk km sekeluarga dan kami yakin apa yg kami alami adalah bentuk kasih sayang dari Allah SWT....amin